Minggu, 15 Desember 2013

Filsafat Olahraga


MAKALAH
Filsafat Olahraga
Tentang
Kosep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga

Oleh Kelompok 10 :

Rinto Budiono
1104505
                                                           


PENDIDIKAN OLAHRAGA
FALKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA PENGATAR
                                                                                                                                
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Konsep dasar olahraga dalam konteks bermain dan olahraga ”. Shalawat yang selalu kita aturkan kepadan Nabi besar kita Nabi Muhamad S.A.W yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan berpendidikan.
            Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan dan harapan.  Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik yang sehat dan masukan-masukan atau saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan makalah ini.
            Dalam pelaksanaan penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sampai selesainya makalah ini.

Padang,    Desember  2013

Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................          i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................          ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................          1
A.    Latar Belakang ....................................................................................................          1
B.     Perumusan Masalah ............................................................................................          1
C.     Tujuan Penulis .....................................................................................................          1
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................          2
A.    Konsep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga.........................          2
B.     Konsep Dasar Bermain (Play).............................................................................          2
C.     Konsep Dasar Olahraga (Sport) ..........................................................................          4
BAB III. PENUTUP ...........................................................................................................         9 
A.    Kesimpulan .........................................................................................................         9
B.     Saran ...................................................................................................................         9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................         10



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya aktivitas bermain dengan konsep olahraga sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan, harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam perkembangannya, olahraga telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk menjaga serta meningkatkan kondisi fisik agar tetap bersemanagat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk berprestasi.

B.     PERUMUSAN MASALA
Dalam perumusan masalah ini adalah apakah konsep dasar olahraga dalam konteks bermain dan olahraga ?

C.    TUJUAN PENULIS
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep olahraga dalam konteks bermain dan olahraga.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga
Konsep adalah mental imange tentang suatu objek atau makna yang tertangkap berdasarkan ciri-ciri umum yang terdapat pada suatu objek (lautan , 1992). Konsep merupakan satu atau pengertian umum yang biasanya disusun dengan satu kata, simbol atau tanda (Chaplin, 1993). Sebagai contoh, daya tahan adalah konsep yang kita jumpai dalam olahraga. Konsep itu kita pahami sebagai kemampuan untuk melakukan kerja fisik terus menerus tanpa kelelahan yang berlebihan. Kita juga akan menangkap makna dari suatu gejala, seperti misalnya kemampuan seseorang untuk mengangkat sejumlah kepingan besi. Segera kita mengatakan orang itu kuat. Dalam contoh itu, kekuatan juga merupakan sebuah konsep yang serig didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerahkan tegangan otot untuk mengatasi suatu tahanan. Jadi, konsep sebenarnya merupkan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.

B.     Konsep Dasar Bermain (Play)
Berbagai macam respons secara sadar itu dinyatakan dalam bentuk kegiatan bermain sebagai fitrah manusia yang hakiki sebagai makhluk bermain, sebagai kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan
peran. Dengan kata lain, aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya.
Karya Klasik Johan Huizinga Homo Ludens (1950) dalam filsafat olahraga memaparkan karakteristik bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela.berbeda dengan motif bermain pada anak yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk merangsang perkembangan fisik dan mentalnya, pada orang dewasa bermain dilakukan sebagai kebutuhan, tanpa paksaan dan dilaksanakan karena orang mau melaksanakannya. Karena itu bagi orang dewasa bermain bukan karena desakkan kewajiban tugas atau kewajiban moral.
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:34), menyatakan ciri yang paling khas dalam bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak  misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga. Unsur ketegangan di dalamnya tidak lepas dari etika, seperti tersirat dalam semangat fair play yang selanjutnya menguji kesunguhan, keberanian, dan kejujuran pemain. Fair play adalah kesiapan dan kesediaan menerima dan menempatkan lawan sebagai kawan bermain dan mematuhi aturan bermain yang telah di sepakati bersamaa (tim dasar-dasar penjas FIK UNP, 2012:78).
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:34) Karakteristik bermain meliputi :
1.      Bebas, sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2.      Aktifitas bermain terpisah.
3.      Hasil dari aktifitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui atau tidak direncanakan sebelumnya.
4.      Hanya murni aktifitas saja daan tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yang permanen.
5.      Peraturan bermain tergantung pda kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6.      Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata atau sehari-hari.
Hizinga, Roger Cailois (1955) membagi permainan menjadi empat katagori utama, yaitu :
1.      Agon, permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua pihak dengan kesempatan yang sama  untuk mencapai kemenagan sehingga membutuhkan perjuangan fisik yang keras.
2.      Alea, permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukuman peluang seperti : permainan dadu, rulet, kartu, dll.
3.      Mimikri, permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan sungguhan,
4.      Illinx, mencakup permainan yang mencerminkan keinginan untuk melampiaskan kebutuhhan untuk gerak, berpetualang, dan dinamis. Seperti berolahraga dialam terbuka, mendaki gunning,

C.    Konsep Dasar Olahraga (Sport)
Olahraga  kebanyakaan berkaitan dengan tiga unsur pokok yaitu bermianan, latihan fisik, dan kompetisi. Di Indonesia istiah olahraga mengadung konotasi yang identik dengan bentuk kegatan olahraga kompetitif yang menekankan pencapaian kejuaraan rekor seperti yang dilaksanan organisasi induk olahraga kelompok atlet elit, sementara pada kelompok lainya, seperti dikalangan pembina pendidikan jasmani mencakup kegiatan kompetisi formal dan informal, rekreasi, bermain, dan latihan fisik.
Menurut Matveyev (1981; dala Rusli, 1992), bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya dan kemauanya semaksimal mungkin.
UNESCO tentang sport, yaitu setiap aktifitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsure-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri.
Olahraga menurut Webstre’s New Coligiate (1980) dalam tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:33) yaitu ikut serta dalam aktifitas fisik untuk mendapatkan kesenagan, dan aktifitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga bertanding.
Menurut kantor Menpora olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang insentif dalam rangka rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal (Bompa 1984).
Definisi olahraga yang dirumuskan Dewan Eropa pada tahun 1980, adalah Olahraga sebagai aktifitas spontan, bebas dan dilaksanakan selama waktu luang,
Olahraga mencangkup pengertian yang luas, bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi juga aktifitas pada waktu senggang sebagai pelepas lelah dan kegiataan pembinaaan kebugaran jasmani. Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral, namun masyarakatla kemudian membentuk kegiataannya dan memberi arti kegiatn itu. Karena itu seperti di indonesia, sesuai dengan fungsi dan tujuanya, mengenal beberapa bentuk kegiatan olahraga seperti : (1) olahraga pendidikan untuk tujuan bersifat mendidik, (2) olahraga rekreasi untuk tujuan yang bersifat rekreatif, (3) olahraga kesehatan untuk tujuan pembinaan kesehatan, (4) olahraga rehabilitassi untuk tujuan rehabilitasi, (5) olahraga kompetitif untuk tujuan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Menurut Hagele (1992) ciri-ciri olahraga Sebagai berikut :
1.      Olahraga sebagai sub-sitem bermain.
Berbagai macam variasi bentuk dan jenis olahraga, namun masih dapat di identifikasi persamaan umum yang menunjukkan ciri yang khas ynag disebut “inner horizon” suatu objek (Husseri, 1972 dalam Hagele, 1992). Esensi dari inti yang paling dalam dari olahraga dibentuk oleh sebuah kriteria yaitu bermain dan pemain kriteria paling otentik adalah bahwa kegiatan tersebut didasarkan pada faktor kebebasan dan kesengajaan atas dasar kesadaran pelakunya yang berbuat, lawan aktifitas yang bersifat paksaan atau desakan, ini yang membedakan ciri bermain yang sejati.
2.      Gambaran struktur spesifik olahraga.
Aktifitas dalam olahraga memiliki perbedaan dengan dunia bermain dan berbeda pula dengan katagori lainya. Misalnya permainan menjadi faktor kebetulan dalam main domino,  permaian faktor intelektual seperti catur, atau teater, terutama dalam gambaran struktural dan faktor-faktor yang berpengaruh yang membentuk kerangka spesifik olahraga ditandai dengan bentuk-bentuk yang khas.
3.      Fokus pada gerak dalam pelaksanaan olahraga
Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orientasi fisikal dalam konteks ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan, dan keterampilan yang merupakan unsur terpenting dari kegiatan olahraga. Misalnya, Wiss, Beirat Des Deutschen Sportboundes 1985, Mejer 1981 dalam Hagele (1992), karena itu kegiatan olahraga itu selalu menampakan diri dalam wujud nyata kehadiran kondisi fisik, peragaan diri secara sadar bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat kongkrit, seperti bola, raket, dan lain-lain.
Perwujudan gerak dalam olahraga itu juga terkait dengan aspek dorongan pada manusia yang juga terikat dengan faktor sosial dan budaya, seperti juga pengaruh suasana kejiwaan dan motivasi. Pelaksanaan gerak dalam olahraga selau termasuk dalam lingkup keterampilam itu akan dikuasai melalui proses belajar mengajar yang berarti aktifitas yang dipelajari itu hanya akan dikuasaai sampai taraf memadai bila terjalin suasan hubungan sosial, ada unsur pendidik atau pembina yang lebih berpengalaman.
4.      Realitas Olahraga
Perilaku dalam olahragaa sering digambarkan bukan hanyaa bersifat “artifisal”. quasi aestetik”, imaginer dan ilusi namun sebaliknya sebagai kegiatan real dan asli. Namun keterlibatan seseorang dalam olahraga biasanya tidak semaata-maata terpaku mengikuti peranan yang telah ditetapkan dan terpleset dibalik topeng fiksi.  Maksudnya pelaku olahraga itu juga merupakan bagian dari dunia nyata dari dunia indra dan kongkrit. Meskipun peraturan resmi, noram dan nilai olahragaa menggiring kegiataan alamiah dan perilaku universal seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat kearah penafsiran ulang yang spesifik, hal ini tidak berarti secara apriori atlet meninggalkan realitas, dunia faktual, yang teerjadi adalah dia bersama yang lain memainkan sebuah permainan yang real dalam konteks bermain. Karena itu bila dalam kompetisi  olahraga seperti dramatis diatur atau terstruktur maka makna olahraga terjungkir balik dan menjadi sebuah tontonan hasilnya sudah ditentukan sebelumnya.
5.      Penampilan dan Prestasi dalam Olahraga
Olahraga pada dasaranya tidak selalu mengacu pada maksud dan tujuan ekternal seperti halnya semua bentuk permainan, kegiatann itu diwarnai oleh drama dari setiap gerak. Ada tiga dimensi karakteristik prestasi olahraga yaitu :
a)      Prestasi itu dinyatakan melalui aspek jasmaniah.
b)      Kegiatan dilaksanakan sukarela.
c)      Kegiatan tidak dimaksudkan untuk menghancurkan orang lain tetapi justru untuk meningkkatkan solidaritas.
6.      Dimensi Sosial dalam Olahraga.
Dunia olahraga dipengaruhi oleh hubungan antara strukturnya, tanpa memandang bentuknya, lain halnya permainan imajiner yang pada dasarnya memperkenankan pemain untuk sepenhnya masuk ke dalam dunia khayalanya sendiri. Proses pembelajaran keterampilan itu berlangsunng dalam suasana sosial, meskipun dalam kenyataannya seseorang memperoleh kebebasan untuk memilih atau menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konsep sebenarnya merupkan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.
Bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak  misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga.
Olahraga yaitu ikut serta dalam aktifitas fisik untuk mendapatkan kesenagan, dan aktifitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga bertanding. Serta olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang insentif dalam rangka rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal

B.     Saran
1.      Mahasiswa FIK UNP disarankan agar memahami apa itu konsep dalam olahraga, dan konsep bermain.
2.      Untuk Guru penjas disarankan agar dalam proses pembelajaran dapat menempatkan posisi saat mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Husdarta (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung : ALFABETA
Tim Dasar-dasar Penjas (2010). Azas-azas dan Filsafat Penjas, Padang : FIK UNP
Tim Dasar-dasar Penjas (2012). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani, Padang : FIK UNP
http://olahragapendidikan.wordpress.com/ (online), diakses 5 desember 2013
http://onopirododo.wordpress.com/ (online), diakses 5 desember 2013
Undang-undang Negara Republik Indonesia No 3 (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta. Menpora.


1 komentar: