MAKALAH
Filsafat
Olahraga
Tentang
Kosep
Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga
Oleh
Kelompok 10 :
Rinto Budiono
1104505
PENDIDIKAN
OLAHRAGA
FALKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
FALKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
KATA PENGATAR
Dengan mengucapkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Konsep
dasar olahraga dalam konteks bermain dan olahraga ”. Shalawat yang selalu
kita aturkan kepadan Nabi besar kita Nabi Muhamad S.A.W yang telah membawa kita
dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan berpendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan
ini jauh dari kesempurnaan dan harapan.
Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik yang sehat dan masukan-masukan
atau saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan makalah
ini.
Dalam pelaksanaan penulisan makalah
ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
terkait yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sampai selesainya makalah
ini.
Padang, Desember
2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I.
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................ 1
C.
Tujuan Penulis ..................................................................................................... 1
BAB II.
PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A.
Konsep Dasar Olahraga
dalam Konteks Bermain dan Olahraga......................... 2
B. Konsep Dasar Bermain (Play)............................................................................. 2
C.
Konsep Dasar
Olahraga (Sport) .......................................................................... 4
BAB III. PENUTUP
........................................................................................................... 9
A.
Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B.
Saran ................................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya aktivitas bermain
dengan konsep olahraga sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan
fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam
implementasi pembelajaran apapun di lapangan, harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan
tersebut. Dalam perkembangannya,
olahraga telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk menjaga serta
meningkatkan kondisi fisik agar tetap bersemanagat dalam melaksanakan aktifitas
sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk berprestasi.
B.
PERUMUSAN MASALA
Dalam
perumusan masalah ini adalah apakah konsep dasar olahraga dalam konteks bermain
dan olahraga ?
C.
TUJUAN PENULIS
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui konsep olahraga dalam konteks bermain dan olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan
Olahraga
Konsep adalah mental imange tentang suatu objek atau makna
yang tertangkap berdasarkan ciri-ciri umum yang terdapat pada suatu objek
(lautan , 1992). Konsep merupakan satu atau pengertian umum yang biasanya
disusun dengan satu kata, simbol atau tanda (Chaplin, 1993). Sebagai contoh,
daya tahan adalah konsep yang kita jumpai dalam olahraga. Konsep itu kita
pahami sebagai kemampuan untuk melakukan kerja fisik terus menerus tanpa
kelelahan yang berlebihan. Kita juga akan menangkap makna dari suatu gejala,
seperti misalnya kemampuan seseorang untuk mengangkat sejumlah kepingan besi.
Segera kita mengatakan orang itu kuat. Dalam contoh itu, kekuatan juga
merupakan sebuah konsep yang serig didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mengerahkan tegangan otot untuk mengatasi suatu tahanan. Jadi, konsep
sebenarnya merupkan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen
dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.
B.
Konsep Dasar Bermain (Play)
Berbagai macam respons secara sadar itu dinyatakan dalam bentuk kegiatan bermain
sebagai fitrah manusia yang hakiki sebagai makhluk bermain, sebagai kegiatan
yang tidak berpretensi apa-apa kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan
ketegangan, atau peniruan
peran. Dengan kata lain, aktifitas bermain dalam
nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya.
Karya Klasik Johan Huizinga Homo Ludens
(1950) dalam filsafat olahraga memaparkan karakteristik bermain sebagai
aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela.berbeda dengan motif bermain
pada anak yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk
merangsang perkembangan fisik dan mentalnya, pada orang dewasa bermain
dilakukan sebagai kebutuhan, tanpa paksaan dan dilaksanakan karena orang mau
melaksanakannya. Karena itu bagi orang dewasa bermain bukan karena desakkan
kewajiban tugas atau kewajiban moral.
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP
(2012:34), menyatakan ciri yang paling khas dalam bermain adalah sukarela
sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan
bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah
sesuatu yang real sehingga bermain
pada anak misalnya berlangsung dalam suasana
tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan
yang menyerap konsentrasi dan tenaga. Unsur ketegangan di dalamnya tidak lepas
dari etika, seperti tersirat dalam semangat fair
play yang selanjutnya menguji kesunguhan, keberanian, dan kejujuran pemain.
Fair play adalah kesiapan dan
kesediaan menerima dan menempatkan lawan sebagai kawan bermain dan mematuhi
aturan bermain yang telah di sepakati bersamaa (tim dasar-dasar penjas FIK UNP,
2012:78).
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP
(2012:34) Karakteristik bermain meliputi :
1. Bebas, sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2. Aktifitas bermain terpisah.
3. Hasil dari aktifitas bermain adalah sesuatu yang
tidak diketahui atau tidak direncanakan sebelumnya.
4. Hanya murni aktifitas saja daan tidak produktif,
tidak menghasilkan nilai yang permanen.
5. Peraturan bermain tergantung pda kondisi, tunduk
pada kesepakatan situasional.
6. Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan
nyata atau sehari-hari.
Hizinga, Roger Cailois (1955) membagi permainan
menjadi empat katagori utama, yaitu :
1. Agon, permainan yang bersifat pertandingan,
perlawanan kedua pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenagan sehingga membutuhkan
perjuangan fisik yang keras.
2. Alea, permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan,
atau hukuman peluang seperti : permainan dadu, rulet, kartu, dll.
3. Mimikri, permainan fantasi yang memerlukan kebebasan,
dan bukan sungguhan,
4. Illinx, mencakup permainan yang mencerminkan
keinginan untuk melampiaskan kebutuhhan untuk gerak, berpetualang, dan dinamis.
Seperti berolahraga dialam terbuka, mendaki gunning,
C.
Konsep Dasar Olahraga (Sport)
Olahraga kebanyakaan berkaitan dengan tiga unsur pokok
yaitu bermianan, latihan fisik, dan kompetisi. Di Indonesia istiah olahraga
mengadung konotasi yang identik dengan bentuk kegatan olahraga kompetitif yang
menekankan pencapaian kejuaraan rekor seperti yang dilaksanan organisasi induk
olahraga kelompok atlet elit, sementara pada kelompok lainya, seperti
dikalangan pembina pendidikan jasmani mencakup kegiatan kompetisi formal dan
informal, rekreasi, bermain, dan latihan fisik.
Menurut Matveyev (1981; dala Rusli,
1992), bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan
itu atlet memperagakan kemampuan geraknya dan kemauanya semaksimal mungkin.
UNESCO tentang sport, yaitu setiap aktifitas fisik berupa permainan yang berisikan
perjuangan melawan unsure-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri.
Olahraga menurut Webstre’s New Coligiate
(1980) dalam tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:33) yaitu ikut serta dalam
aktifitas fisik untuk mendapatkan kesenagan, dan aktifitas khusus seperti
berburu atau dalam olahraga bertanding.
Menurut kantor Menpora olahraga adalah
bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan, dan
kegiatan jasmani yang insentif dalam rangka rekreasi, kemenangan dan prestasi
optimal (Bompa 1984).
Definisi olahraga yang dirumuskan Dewan
Eropa pada tahun 1980, adalah Olahraga sebagai aktifitas spontan, bebas dan
dilaksanakan selama waktu luang,
Olahraga mencangkup pengertian yang
luas, bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi juga aktifitas pada waktu
senggang sebagai pelepas lelah dan kegiataan pembinaaan kebugaran jasmani. Olahraga
itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral, namun masyarakatla kemudian membentuk
kegiataannya dan memberi arti kegiatn itu. Karena itu seperti di indonesia,
sesuai dengan fungsi dan tujuanya, mengenal beberapa bentuk kegiatan olahraga seperti
: (1) olahraga pendidikan untuk tujuan bersifat mendidik, (2) olahraga rekreasi
untuk tujuan yang bersifat rekreatif, (3) olahraga kesehatan untuk tujuan
pembinaan kesehatan, (4) olahraga rehabilitassi untuk tujuan rehabilitasi, (5)
olahraga kompetitif untuk tujuan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Menurut Hagele (1992) ciri-ciri olahraga Sebagai
berikut :
1. Olahraga sebagai sub-sitem bermain.
Berbagai macam variasi bentuk dan jenis olahraga,
namun masih dapat di identifikasi persamaan umum yang menunjukkan ciri yang
khas ynag disebut “inner horizon”
suatu objek (Husseri, 1972 dalam Hagele, 1992). Esensi dari inti yang paling
dalam dari olahraga dibentuk oleh sebuah kriteria yaitu bermain dan pemain kriteria
paling otentik adalah bahwa kegiatan tersebut didasarkan pada faktor kebebasan
dan kesengajaan atas dasar kesadaran pelakunya yang berbuat, lawan aktifitas
yang bersifat paksaan atau desakan, ini yang membedakan ciri bermain yang
sejati.
2. Gambaran struktur spesifik olahraga.
Aktifitas dalam olahraga memiliki perbedaan dengan
dunia bermain dan berbeda pula dengan katagori lainya. Misalnya permainan
menjadi faktor kebetulan dalam main domino,
permaian faktor intelektual seperti catur, atau teater, terutama dalam
gambaran struktural dan faktor-faktor yang berpengaruh yang membentuk kerangka
spesifik olahraga ditandai dengan bentuk-bentuk yang khas.
3. Fokus pada gerak dalam pelaksanaan olahraga
Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orientasi
fisikal dalam konteks ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan,
kekuatan, dan keterampilan yang merupakan unsur terpenting dari kegiatan
olahraga. Misalnya, Wiss, Beirat Des Deutschen Sportboundes 1985, Mejer 1981
dalam Hagele (1992), karena itu kegiatan olahraga itu selalu menampakan diri
dalam wujud nyata kehadiran kondisi fisik, peragaan diri secara sadar
bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat kongkrit, seperti bola, raket,
dan lain-lain.
Perwujudan gerak dalam olahraga itu juga terkait
dengan aspek dorongan pada manusia yang juga terikat dengan faktor sosial dan
budaya, seperti juga pengaruh suasana kejiwaan dan motivasi. Pelaksanaan gerak
dalam olahraga selau termasuk dalam lingkup keterampilam itu akan dikuasai
melalui proses belajar mengajar yang berarti aktifitas yang dipelajari itu
hanya akan dikuasaai sampai taraf memadai bila terjalin suasan hubungan sosial,
ada unsur pendidik atau pembina yang lebih berpengalaman.
4. Realitas Olahraga
Perilaku dalam olahragaa sering digambarkan bukan
hanyaa bersifat “artifisal”. quasi
aestetik”, imaginer dan ilusi namun sebaliknya sebagai kegiatan real dan
asli. Namun keterlibatan seseorang dalam olahraga biasanya tidak semaata-maata
terpaku mengikuti peranan yang telah ditetapkan dan terpleset dibalik topeng
fiksi. Maksudnya pelaku olahraga itu
juga merupakan bagian dari dunia nyata dari dunia indra dan kongkrit. Meskipun
peraturan resmi, noram dan nilai olahragaa menggiring kegiataan alamiah dan
perilaku universal seperti berjalan,
berlari, melempar, dan melompat kearah penafsiran ulang yang spesifik, hal ini
tidak berarti secara apriori atlet
meninggalkan realitas, dunia faktual, yang teerjadi adalah dia bersama yang
lain memainkan sebuah permainan yang real
dalam konteks bermain. Karena itu bila dalam kompetisi olahraga seperti dramatis diatur atau
terstruktur maka makna olahraga terjungkir balik dan menjadi sebuah tontonan
hasilnya sudah ditentukan sebelumnya.
5. Penampilan dan Prestasi dalam Olahraga
Olahraga pada dasaranya tidak selalu mengacu pada
maksud dan tujuan ekternal seperti
halnya semua bentuk permainan, kegiatann itu diwarnai oleh drama dari setiap
gerak. Ada tiga dimensi karakteristik prestasi olahraga yaitu :
a)
Prestasi itu
dinyatakan melalui aspek jasmaniah.
b)
Kegiatan
dilaksanakan sukarela.
c)
Kegiatan tidak
dimaksudkan untuk menghancurkan orang lain tetapi justru untuk meningkkatkan
solidaritas.
6. Dimensi Sosial dalam Olahraga.
Dunia olahraga dipengaruhi oleh hubungan antara
strukturnya, tanpa memandang bentuknya, lain halnya permainan imajiner yang pada dasarnya memperkenankan
pemain untuk sepenhnya masuk ke dalam dunia khayalanya sendiri. Proses
pembelajaran keterampilan itu berlangsunng dalam suasana sosial, meskipun dalam
kenyataannya seseorang memperoleh kebebasan untuk memilih atau menentukan
kegiatan apa yang akan dilakukan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep sebenarnya merupkan label dari ide umum yang
mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan
tunggal.
Bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu
kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan
rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak misalnya berlangsung dalam suasana tidak
sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang
menyerap konsentrasi dan tenaga.
Olahraga yaitu ikut serta dalam aktifitas fisik
untuk mendapatkan kesenagan, dan aktifitas khusus seperti berburu atau dalam
olahraga bertanding. Serta olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang
terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang insentif dalam
rangka rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal
B.
Saran
1.
Mahasiswa FIK
UNP disarankan agar memahami apa itu konsep dalam olahraga, dan konsep bermain.
2.
Untuk Guru
penjas disarankan agar dalam proses pembelajaran dapat menempatkan posisi saat
mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Husdarta (2010). Sejarah
dan Filsafat Olahraga, Bandung : ALFABETA
Tim Dasar-dasar Penjas (2010). Azas-azas dan Filsafat Penjas, Padang : FIK UNP
Tim Dasar-dasar Penjas (2012). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani, Padang : FIK UNP
http://olahragapendidikan.wordpress.com/ (online), diakses 5 desember 2013
http://onopirododo.wordpress.com/ (online), diakses 5 desember 2013
Undang-undang
Negara Republik Indonesia No 3 (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta. Menpora.
Ada pdf nya?
BalasHapus