Minggu, 15 Desember 2013

Defini Teori



TUGAS
PENELITIAN DASAR
DEFINISI TEORI

UNP 1

OLEH :
Rinto Budiono
110450






PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

A.    Pengertian Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Secara khusus, teori adalah seperangkat konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan  sebab-akibat yang terjadi.
Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya. Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut tentang teori adalah:
1.      Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut secara jelas
2.      Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas
3.      Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling berhubungan.
Berikut ini adalah definisi dan pengertian teori menurut beberapa ahli yaitu :
Jonathan H. Turner Teori adalah sebuah proses mengembangkan ide-ide yang membantu kita menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi.

Littlejohn & Karen Foss Teori merupaka sebuah sistem konsep yang abstrak dan hubungan-hubungan konsep tersebut yang membantu kita untuk memahami sebuah fenomena.
Kerlinger Teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena.
Travers A theory consist of generalizations intended to explain phenomena and that the generalizations must be predictive. teori terdiri dar generalisasi yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi sebuah fenomena.
Emory – Cooper Teori merupakan suatu kumpulan konsep, definisi, proposisi, dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan, sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu.
Calvin S. Hall & Gardner Linzey Teori adalah hipotesis (dugaan sementara) yang belum terbukti atau spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti.
King Teori adalah sekumpulan konsep yang ketika dijelaskan memiliki hubungan dan dapat diamati dalam dunia nyata.
Kinayati Djojosuroto & M.L.A. Sumaryati, teori digolongkan kepada empat macam, yaitu asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi.
1.      Asumsi adalah suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverifikasi secara empiris.
2.      Konsep adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental Image). Atau abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus.
3.      Konstruk adalah konsep yang ciri-cirinya dapat diamati langsung seperti pemecahan masalah. Konsep seperti ini lebih tinggi tarafnya daripada abstraksi yang ciri-cirinya dapat diamati langsung. Jadi konstruk adalah konsep sedangkan tidak semua konstruk adalah konsep. Menjadikan konstruk yang dapat kita ukur disebut operasionalisasi. Kata kerjanya mengoperasionalisasikan.
4.      Proposisi adalah hubungan yang logis antara dua konsep.

B.     Fungsi Teori
Menurut Snelbecker ada tiga fungsi teori dalam penelitian, diantaranya :
1.      Sebagai pensistematiskan temuan-temuan penelitian.
2.      Sebagai pendorong untuk menyusun hipotesis. Dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban serta membuat ramalan-ramalan atas dasar penemuan.
3.      Sebagai penyaji penjelasan dalam menjawab pertanyaan.
Jika dijabarkan ada tujuh fungsi teori dalam penelitian yaitu:
1.      Sebagai penyusun generalisasi atas fakta-fakta
2.      Menjadi kerangka orientasi untuk pengumpulan, pengolahan, dan analisa data
3.      Pembuat prediksi terhadap fenomena baru yang akan terjadi
4.      Pengawas lowongan dalam pengetahuan dengan cara deduksi
5.      Sebagai rujukan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
6.      Sebagai kerangka penalaran logis


C.    Tingkatan Dan Fokus Teori
Numan (2003) membagi tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga: micro, meso, dan macro. Micro level theory: small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso-level theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Macro level theory: concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concepts that are abstract.
Fokus teori dibedakan menjadi tiga, yaitu teori subtantif, teori formal, dan middle range theory. Substantive theory is developed for a specific area of social concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization or power. Middle range theory is slightly more abstract than empirical generalization or specific hypothesis. Middle range theories can be formal or substantive. Middle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Artinya : Teori tingkat mikro: irisan kecil waktu, ruang, atau sejumlah orang. Konsep biasanya tidak sangat abstrak. Meso-level teori: upaya untuk menghubungkan tingkat makro dan mikro atau untuk beroperasi pada tingkat menengah. Teori tingkat makro: menyangkut pengoperasian agregat lebih besar seperti lembaga sosial, seluruh sistem budaya, dan seluruh masyarakat. Menggunakan lebih konsep yang abstrak.
Fokus Teori dibedakan menjadi tiga, yaitu Teori subtantif, Teori formal, Dan teori kisaran tengah. Teori substantif dikembangkan untuk wilayah tertentu kepedulian sosial, seperti geng deliquent, pemogokan, diforce, atau hubungan ras. Teori formal dikembangkan untuk daerah yang luas konseptual dalam teori umum, seperti penyimpangan, sosialisasi atau kekuasaan. Teori kisaran menengah sedikit lebih abstrak dari generalisasi empiris atau hipotesis tertentu. Teori kisaran tengah dapat formal atau substantif. Teori kisaran menengah pada prinsipnya digunakan dalam sosiologi untuk membimbing penyelidikan empiris.
D.    Kegunaan Teori Dalam Penelitian
Cooper & Schindler (2003) menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1.      Theory narrows the range of fact we need to study
2.      Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning
3.      Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them in the most meaningful way
4.      Theory summarizes what is known about object of study and states the uniformities that lie beyond immediate observation
5.      Theory can be used to predict further fact that should be found.

William Wiersma (1986) menyatakan bahwa “Basically, theory helps provide a frame work by serving as the point of departure for pursuit of a research problem. The theory identifies the crucial factors. It provides a guide for systematizing and interrelating the various facets of research. However, besides providing the systematic view of the factors under study, the theory also may very well identify gaps, weak points, and inconsistencies that indicate the need for additional research. Also, the development of theory may light the way for continued research on the phenomena under study. Another function of theory is provide one or more generalization that can be tested and used in practical applications and further research”.
Artinya :
1.      Teori mempersempit rentang sebenarnya kita perlu mempelajari
2.      Teori menyarankan pendekatan penelitian yang mungkin untuk menghasilkan makna terbesar
3.      Teori menyarankan sistem untuk penelitian untuk memaksakan pada data untuk mengklasifikasikan mereka dengan cara yang paling bermakna
4.      Teori merangkum apa yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan keseragaman yang berada di luar pengamatan langsung
5.      Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lebih lanjut yang harus ditemukan

William Wiersma ( 1986) menyatakan bahwa " Pada dasarnya , teori membantu menyediakan kerangka kerja dengan melayani sebagai titik tolak untuk mengejar masalah penelitian. Teori ini mengidentifikasi faktor-faktor penting . Ini menyediakan panduan untuk sistematisasi dan interrelating berbagai aspek penelitian . Namun, selain memberikan pandangan sistematis dari faktor-faktor yang diteliti , teori ini juga mungkin sangat baik mengidentifikasi kesenjangan , titik lemah , dan inkonsistensi yang menunjukkan perlunya penelitian tambahan . Juga, pengembangan teori dapat menerangi jalan bagi penelitian lanjutan tentang fenomena yang diteliti . Fungsi lain dari teori adalah menyediakan satu atau lebih generalisasi yang dapat diuji dan digunakan dalam aplikasi praktis dan penelitian lebih lanjut " .

E.   Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal mupaun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah penelitian menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak.



Langkah-langkah untuk dapat melakukan deskripsi teori adalah sebagai berikut:
1.      Tetapkan nama variabel yng diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.      Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti.
3.      Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap vaiabel yang akan diteliti. (untuk referensi yag berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikn).
4.      Cari devenisi setiap variabel yyang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih defenisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.      Baca seluruh isi topic buku yang sesuiai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahsa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.      Deskripsikan teori-teori yan telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumben-sumber bacaan  yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
Daftar Pustaka

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung : CV ALFABETA.

Filsafat Olahraga


MAKALAH
Filsafat Olahraga
Tentang
Kosep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga

Oleh Kelompok 10 :

Rinto Budiono
1104505
                                                           


PENDIDIKAN OLAHRAGA
FALKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA PENGATAR
                                                                                                                                
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Konsep dasar olahraga dalam konteks bermain dan olahraga ”. Shalawat yang selalu kita aturkan kepadan Nabi besar kita Nabi Muhamad S.A.W yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan berpendidikan.
            Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan dan harapan.  Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik yang sehat dan masukan-masukan atau saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan makalah ini.
            Dalam pelaksanaan penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sampai selesainya makalah ini.

Padang,    Desember  2013

Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................          i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................          ii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................          1
A.    Latar Belakang ....................................................................................................          1
B.     Perumusan Masalah ............................................................................................          1
C.     Tujuan Penulis .....................................................................................................          1
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................          2
A.    Konsep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga.........................          2
B.     Konsep Dasar Bermain (Play).............................................................................          2
C.     Konsep Dasar Olahraga (Sport) ..........................................................................          4
BAB III. PENUTUP ...........................................................................................................         9 
A.    Kesimpulan .........................................................................................................         9
B.     Saran ...................................................................................................................         9
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................         10



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya aktivitas bermain dengan konsep olahraga sangat memperhatikan adanya perbedaan dalam kemampuan fisik, psikis maupun sosial dan emosional peserta didik, sehingga dalam implementasi pembelajaran apapun di lapangan, harus mempertimbangkan adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam perkembangannya, olahraga telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat untuk menjaga serta meningkatkan kondisi fisik agar tetap bersemanagat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari serta memiliki kemampuan untuk berprestasi.

B.     PERUMUSAN MASALA
Dalam perumusan masalah ini adalah apakah konsep dasar olahraga dalam konteks bermain dan olahraga ?

C.    TUJUAN PENULIS
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui konsep olahraga dalam konteks bermain dan olahraga.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Olahraga dalam Konteks Bermain dan Olahraga
Konsep adalah mental imange tentang suatu objek atau makna yang tertangkap berdasarkan ciri-ciri umum yang terdapat pada suatu objek (lautan , 1992). Konsep merupakan satu atau pengertian umum yang biasanya disusun dengan satu kata, simbol atau tanda (Chaplin, 1993). Sebagai contoh, daya tahan adalah konsep yang kita jumpai dalam olahraga. Konsep itu kita pahami sebagai kemampuan untuk melakukan kerja fisik terus menerus tanpa kelelahan yang berlebihan. Kita juga akan menangkap makna dari suatu gejala, seperti misalnya kemampuan seseorang untuk mengangkat sejumlah kepingan besi. Segera kita mengatakan orang itu kuat. Dalam contoh itu, kekuatan juga merupakan sebuah konsep yang serig didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerahkan tegangan otot untuk mengatasi suatu tahanan. Jadi, konsep sebenarnya merupkan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.

B.     Konsep Dasar Bermain (Play)
Berbagai macam respons secara sadar itu dinyatakan dalam bentuk kegiatan bermain sebagai fitrah manusia yang hakiki sebagai makhluk bermain, sebagai kegiatan yang tidak berpretensi apa-apa kecuali sebagai luapan ekspresi, pelampiasan ketegangan, atau peniruan
peran. Dengan kata lain, aktifitas bermain dalam nuansa keriangan itu memiliki tujuan yang melekat di dalamnya.
Karya Klasik Johan Huizinga Homo Ludens (1950) dalam filsafat olahraga memaparkan karakteristik bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela.berbeda dengan motif bermain pada anak yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk merangsang perkembangan fisik dan mentalnya, pada orang dewasa bermain dilakukan sebagai kebutuhan, tanpa paksaan dan dilaksanakan karena orang mau melaksanakannya. Karena itu bagi orang dewasa bermain bukan karena desakkan kewajiban tugas atau kewajiban moral.
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:34), menyatakan ciri yang paling khas dalam bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak  misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga. Unsur ketegangan di dalamnya tidak lepas dari etika, seperti tersirat dalam semangat fair play yang selanjutnya menguji kesunguhan, keberanian, dan kejujuran pemain. Fair play adalah kesiapan dan kesediaan menerima dan menempatkan lawan sebagai kawan bermain dan mematuhi aturan bermain yang telah di sepakati bersamaa (tim dasar-dasar penjas FIK UNP, 2012:78).
Menurut tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:34) Karakteristik bermain meliputi :
1.      Bebas, sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2.      Aktifitas bermain terpisah.
3.      Hasil dari aktifitas bermain adalah sesuatu yang tidak diketahui atau tidak direncanakan sebelumnya.
4.      Hanya murni aktifitas saja daan tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yang permanen.
5.      Peraturan bermain tergantung pda kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6.      Kualitas bermain merupakan bagian dari kehidupan nyata atau sehari-hari.
Hizinga, Roger Cailois (1955) membagi permainan menjadi empat katagori utama, yaitu :
1.      Agon, permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua pihak dengan kesempatan yang sama  untuk mencapai kemenagan sehingga membutuhkan perjuangan fisik yang keras.
2.      Alea, permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukuman peluang seperti : permainan dadu, rulet, kartu, dll.
3.      Mimikri, permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan sungguhan,
4.      Illinx, mencakup permainan yang mencerminkan keinginan untuk melampiaskan kebutuhhan untuk gerak, berpetualang, dan dinamis. Seperti berolahraga dialam terbuka, mendaki gunning,

C.    Konsep Dasar Olahraga (Sport)
Olahraga  kebanyakaan berkaitan dengan tiga unsur pokok yaitu bermianan, latihan fisik, dan kompetisi. Di Indonesia istiah olahraga mengadung konotasi yang identik dengan bentuk kegatan olahraga kompetitif yang menekankan pencapaian kejuaraan rekor seperti yang dilaksanan organisasi induk olahraga kelompok atlet elit, sementara pada kelompok lainya, seperti dikalangan pembina pendidikan jasmani mencakup kegiatan kompetisi formal dan informal, rekreasi, bermain, dan latihan fisik.
Menurut Matveyev (1981; dala Rusli, 1992), bahwa olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya dan kemauanya semaksimal mungkin.
UNESCO tentang sport, yaitu setiap aktifitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan melawan unsure-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri.
Olahraga menurut Webstre’s New Coligiate (1980) dalam tim dasar-dasar penjas FIK UNP (2012:33) yaitu ikut serta dalam aktifitas fisik untuk mendapatkan kesenagan, dan aktifitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga bertanding.
Menurut kantor Menpora olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang insentif dalam rangka rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal (Bompa 1984).
Definisi olahraga yang dirumuskan Dewan Eropa pada tahun 1980, adalah Olahraga sebagai aktifitas spontan, bebas dan dilaksanakan selama waktu luang,
Olahraga mencangkup pengertian yang luas, bukan hanya olahraga kompetitif, tetapi juga aktifitas pada waktu senggang sebagai pelepas lelah dan kegiataan pembinaaan kebugaran jasmani. Olahraga itu sendiri pada hakikatnya bersifat netral, namun masyarakatla kemudian membentuk kegiataannya dan memberi arti kegiatn itu. Karena itu seperti di indonesia, sesuai dengan fungsi dan tujuanya, mengenal beberapa bentuk kegiatan olahraga seperti : (1) olahraga pendidikan untuk tujuan bersifat mendidik, (2) olahraga rekreasi untuk tujuan yang bersifat rekreatif, (3) olahraga kesehatan untuk tujuan pembinaan kesehatan, (4) olahraga rehabilitassi untuk tujuan rehabilitasi, (5) olahraga kompetitif untuk tujuan mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Menurut Hagele (1992) ciri-ciri olahraga Sebagai berikut :
1.      Olahraga sebagai sub-sitem bermain.
Berbagai macam variasi bentuk dan jenis olahraga, namun masih dapat di identifikasi persamaan umum yang menunjukkan ciri yang khas ynag disebut “inner horizon” suatu objek (Husseri, 1972 dalam Hagele, 1992). Esensi dari inti yang paling dalam dari olahraga dibentuk oleh sebuah kriteria yaitu bermain dan pemain kriteria paling otentik adalah bahwa kegiatan tersebut didasarkan pada faktor kebebasan dan kesengajaan atas dasar kesadaran pelakunya yang berbuat, lawan aktifitas yang bersifat paksaan atau desakan, ini yang membedakan ciri bermain yang sejati.
2.      Gambaran struktur spesifik olahraga.
Aktifitas dalam olahraga memiliki perbedaan dengan dunia bermain dan berbeda pula dengan katagori lainya. Misalnya permainan menjadi faktor kebetulan dalam main domino,  permaian faktor intelektual seperti catur, atau teater, terutama dalam gambaran struktural dan faktor-faktor yang berpengaruh yang membentuk kerangka spesifik olahraga ditandai dengan bentuk-bentuk yang khas.
3.      Fokus pada gerak dalam pelaksanaan olahraga
Ciri utama dalam kegiatan olahraga adalah orientasi fisikal dalam konteks ini seperti aspek motorik, daya tahan, kecepatan, kekuatan, dan keterampilan yang merupakan unsur terpenting dari kegiatan olahraga. Misalnya, Wiss, Beirat Des Deutschen Sportboundes 1985, Mejer 1981 dalam Hagele (1992), karena itu kegiatan olahraga itu selalu menampakan diri dalam wujud nyata kehadiran kondisi fisik, peragaan diri secara sadar bertujuan, disertai dengan pengunaan alat-alat kongkrit, seperti bola, raket, dan lain-lain.
Perwujudan gerak dalam olahraga itu juga terkait dengan aspek dorongan pada manusia yang juga terikat dengan faktor sosial dan budaya, seperti juga pengaruh suasana kejiwaan dan motivasi. Pelaksanaan gerak dalam olahraga selau termasuk dalam lingkup keterampilam itu akan dikuasai melalui proses belajar mengajar yang berarti aktifitas yang dipelajari itu hanya akan dikuasaai sampai taraf memadai bila terjalin suasan hubungan sosial, ada unsur pendidik atau pembina yang lebih berpengalaman.
4.      Realitas Olahraga
Perilaku dalam olahragaa sering digambarkan bukan hanyaa bersifat “artifisal”. quasi aestetik”, imaginer dan ilusi namun sebaliknya sebagai kegiatan real dan asli. Namun keterlibatan seseorang dalam olahraga biasanya tidak semaata-maata terpaku mengikuti peranan yang telah ditetapkan dan terpleset dibalik topeng fiksi.  Maksudnya pelaku olahraga itu juga merupakan bagian dari dunia nyata dari dunia indra dan kongkrit. Meskipun peraturan resmi, noram dan nilai olahragaa menggiring kegiataan alamiah dan perilaku universal seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat kearah penafsiran ulang yang spesifik, hal ini tidak berarti secara apriori atlet meninggalkan realitas, dunia faktual, yang teerjadi adalah dia bersama yang lain memainkan sebuah permainan yang real dalam konteks bermain. Karena itu bila dalam kompetisi  olahraga seperti dramatis diatur atau terstruktur maka makna olahraga terjungkir balik dan menjadi sebuah tontonan hasilnya sudah ditentukan sebelumnya.
5.      Penampilan dan Prestasi dalam Olahraga
Olahraga pada dasaranya tidak selalu mengacu pada maksud dan tujuan ekternal seperti halnya semua bentuk permainan, kegiatann itu diwarnai oleh drama dari setiap gerak. Ada tiga dimensi karakteristik prestasi olahraga yaitu :
a)      Prestasi itu dinyatakan melalui aspek jasmaniah.
b)      Kegiatan dilaksanakan sukarela.
c)      Kegiatan tidak dimaksudkan untuk menghancurkan orang lain tetapi justru untuk meningkkatkan solidaritas.
6.      Dimensi Sosial dalam Olahraga.
Dunia olahraga dipengaruhi oleh hubungan antara strukturnya, tanpa memandang bentuknya, lain halnya permainan imajiner yang pada dasarnya memperkenankan pemain untuk sepenhnya masuk ke dalam dunia khayalanya sendiri. Proses pembelajaran keterampilan itu berlangsunng dalam suasana sosial, meskipun dalam kenyataannya seseorang memperoleh kebebasan untuk memilih atau menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konsep sebenarnya merupkan label dari ide umum yang mengintegrasikan beberapa elemen dari sumber yang berbeda kedalam suatu gagasan tunggal.
Bermain adalah sukarela sehingga tidak bertumpu kepada tujuan yang ingin dicapai dan biasanya kegiatan bermain adalah kegiatan rutinitas sehari-hari. Bermain itu sendiri bukanlah sesuatu yang real sehingga bermain pada anak  misalnya berlangsung dalam suasana tidak sungguh-sungguh, namun bersamaan dengan itu pula terdapat kesungguhan yang menyerap konsentrasi dan tenaga.
Olahraga yaitu ikut serta dalam aktifitas fisik untuk mendapatkan kesenagan, dan aktifitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga bertanding. Serta olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang insentif dalam rangka rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal

B.     Saran
1.      Mahasiswa FIK UNP disarankan agar memahami apa itu konsep dalam olahraga, dan konsep bermain.
2.      Untuk Guru penjas disarankan agar dalam proses pembelajaran dapat menempatkan posisi saat mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Husdarta (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga, Bandung : ALFABETA
Tim Dasar-dasar Penjas (2010). Azas-azas dan Filsafat Penjas, Padang : FIK UNP
Tim Dasar-dasar Penjas (2012). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani, Padang : FIK UNP
http://olahragapendidikan.wordpress.com/ (online), diakses 5 desember 2013
http://onopirododo.wordpress.com/ (online), diakses 5 desember 2013
Undang-undang Negara Republik Indonesia No 3 (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta. Menpora.