Rabu, 24 April 2013

Strategi Pembinaan Mental Atlet



A. Menetapkan Strategi Pembinaan Mental
            Tidak dapat diingkari bahwa prestasi atlet disamping ditentukan oleh kemampuan fisik dan ketrampilan juga dipengaruhi faktor-faktor kejiwaan, khususnya mental atlet yang bersangkutan. Bryant J Cratty (1973) bahwa prestasi tinggi handy akan dicapai dengan total mobilazion of energy, pada hakekatnya bukan hanya meliputi mobilitas aspek fisik saja tetapi juga menuntut mobilitas aspek psikis. James Draver (1971) mental atau mind adalah keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan yang terorganisasi, baik yang disadari ataupun tidak disadari dari bagian terdalam jiwa manusia. Dengan demikian mental berhubungan dengan seluruh sumber-sumber kemampuan jiwa manusia, yaitu kognisi, afektif, dan konasi. Kondisi psikik atau kondisi mental yang baik adalah suatu keadaan psikik yang menunjukkan sumber-sumber kemampuan jiwa dapat berfungsi dan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya serta mampu menaggung beban mental, seperti ganguan emosial, stress, meghadapi frustasi dan sebagainya.
B. Pendekatan Holistik
            Pendekatan holistik atau pendekatan menyeluruh harus digunakan dalam mempelajari mental dan fisik. Ditinjau dari segi fisik, makanan dan gizi memberi umpan kepada badan, mental, dan spirit. Latihan-latihan kesegaran jasmani dapat mempengaruhi mental dan membersihkan pikiran-pikiran yang mengganggu. Ditinjau dari segi mental, latihan mental adalah untuk meningkatkan fungsi fisik dan psikis, sementara itu juga memberi kemungkinnan timbulnya kekuatan bathin (spirit), melalu teknik visualisasi, mengontrol pernafasan, metafisik, dapat memotivasi kekuatan-kekuatan terpendam, termasuk cara-cara meningkatkan kemampuan bathin (spirit) melalui meditasi, berdoa, merenungkan sesuatu secara positif, berfikir benar, bertindak, dan sebagainya.
C. Kesiapan Mental Menghadapi Pertandingan
            Setiap kali menghadapi suatu pertandingan mental atlet harus dipersiapkan agar siap menghadapi rangsangan-rangsangan emosional, siap menanggung tugas yang berat, atau tegasnya siap menghadapi berbagai beban mental. Robert Sonstroem (1984) kesiapan mental untuk bertanding akhirnya juga tergantung pada dirinya individu atlet yang bersangkutan, yaitu dalam menyiapkan diri sendiri secara emosional untuk bertanding. Kondisi mental yang kurang baik akan mengakibatkan atlet tidak dapat menaggung beban mental, baik yang datang dari lawan maupun dari penonton ataupun yang datang dari diri sendiri. Weinberg (1984) pola berfikir atlet akan dapat mempengaruhi penampilan atlet, oleh karena itu perlu adanya mental training, yang dikaitkan dengan aspek kognitif seperti pemusatan perhatian (attentional Focus) dan pembentukan citra (Imagery). Pembinaan mental atlet disamping dilakukan untuk menyiapkan mental atlet menjelang pertandingan, juga ditunjukan untuk membina ketahanan mental atlet. Ketahanan mental adalah koondisi kejiwaan yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan menghadapi gangguan, ancaman dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.
Beberapa gejala yang menunjukan terjadinya gangguan pada ketahan mental atlet, disebutkan oleh Weinberg (1984) antara lain ragu-ragu pada diri sendiri, kurang percaya diri, konsentrasi menjadi kacau, menunjukkan ketegangan, yang berakibatkan penampilan menjadi kacau. Mengenai mental atlet dan permasalahan yang dihadapi, serta kemungkinan mendeteksi dengan mental training,
            Semua upaya pembinaan mental, baik itu perlakuan sehari-hari bimbingan dan konsling maupun mental training, harus terkait dengan tujuan akhir dari mental training maupun pembinaan mental. Sejak Olympic Scientific Congress di Seoul 1988 dengan memilih tema “ New Horizon of Human Movement” para ahli lebih menyadari arti pentingnya mental training dalam olahraga. Chung Sung Tai (1988) juga mengungkapkan pandangan dasar mengenai perlunya mental training agar atlet mencapai prestasi puncak, antara lain dikemukakan perlu konsentrasi untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi. Di samping pendekatan holistik, maka mental training juga selalu berkaitan erat dengan latar belakang kehidupan atlet, oleh karena itu mental training tidak sama antara bangsa yang satu dengan bangsa lain.
Melnikov (1988) dari Rusia mengatakan ada tiga problema pokok yang selalu terkait dengan” psychological training”, yaitu : 1) Problema social psikologik, 2) Problem psiko-fisiologik, dan 3) Problema kepribadian atlet. Salah satu tujuan mental training adalah melatih bagaimana menemukan cara-cara untuk dapat mengontrol diri, cara yang biasa dilakukan sehari-hari untuk mengontrol sesuatu dengan kemampuan penuh kesadaran dan keteguhan hati (tekad yang bulat). Untuk dapat menerapkan program mental training pada seorang atlet perlu terlebih dahulu diteliti keadaan atau kondisi dan perkembangan mental, serta sifat-sifat dan kemampuan mental atlet (mendiagnosa keadaan dan perkambangan mental atlet), menetapkan sasaran – sasaran (objectivitas) dengan mengacu pada tujuan dan target yang akan dicapai, dan selanjutnya menetapkan strategi. Pada hakekatnya mental training dimaksudkan untuk 1). Meningkatkan ketrampilan atlet (mental skills), dan 2). Meningkatkan kekuatan mental (mental power).
D.    Langkah – Langkah Persiapan Mental
            Secara garis besar langkah – langkah persiapan untuk dapat menetapkan strategi pembinaan mental atlet meiputi :
1.      Mendiagnosa, adalah perkembangan kejiwaan setiap atlet.
2.      Menetapkan sasaran, disesuaikan dengan apa yang akan di capai atau cirri – ciri cabang olahraga serta sifat – sifat kejiwaan yang harus dimiliki atlet unntuk mencapai prestasi yang setinggi – tingginya.
3.      Strategi pembinaan mental.
E.  Strategi Pembinaan Mental
Strategi berarti langkah-langkah utama yang perlu ditempuh  ntuk mencapai tujuan, atau prioritas utama yang menjamin tercapainya tujuan. Pada hakekatnya pembianaan mental merupakan langkah utama yamg harus ditetapkan dengan hati – hati dengan perhitunagn cermat, sehingga betul – betul menjamin bahwa dengan mental training tersebut pasti dapat dicapai sasaran atau tujuan yang ingin dicapai, dan mental training dimaksudkan untuk 1). Meningkatkan ketrampilan atlet (mental skills), 2). Meningkatkan kekuatan mental (mental power).
Menurut Weinberg, Gould dan Jackson (1986) mengemukan strategi pembinaan mental atlet, diantaranya : 1) fokus perhatian, 2) perasaan diri berhasil, 3) relaksasi, 4) imagery, 5) persiapan arousal.
Menurut Unesthal (1988) membagi tiga tahap perlakuan mental training diantaranya: 1) mental conditioning seabagai tahap awal, 2) menal techniques training untuk melatih ketrampilan mental seperti penguasaan diri, sugesti diri sendiri dan sebagainya. 3) mental strength training untuk menguatkan mental atlet seperti menguatkan daya konsentrasi dan sebagainya. dan tujuh faktor yang harus diperhatikan dalam mental training untuk dapat mencapai penampilan atau kerja puncak (peak performance) yaitu : 1) percaya diri, 2) commitment, 3) pemusatan perhatian, 4) ketenangan, 5) creativity, 6) penguasaan diri, 7) rasa gembira, bahagia
Menurut Robert Singer (1986) yang menyebukan faktor kepribadian yang berhubungan dengan prestasi atlet, yaitu : 1) comitment atau tanggung jawab dalam keterlibatannya, 2) Pride atau rasa bangga, 3) self-orientation, 4) self-control, 5) mastery orientation atau orientasi yang menyeluruh, 6) self confidence, 7) goal direction, 8) positive attitude, 9) coping ability atau pengusahaan kemampuan dalam keadaan – keadaan tertentu, 10) Harmoni atau hubungan atara psychological sources.
Dari definisi – difinisi oleh beberapa ahli maka langkah – langkah strategi yang di sarankan atau di simpulkan, yaitu :
1.      Relaksasi, untuk melepaskan ketegangan psikis, baikmenghadapi pertandigan maupun dalam hidup sehari-hari.
2.      Menguatkan kemaua, antara lain sudah mecakup :attentional focusing”(pemusatan perhatian) dan “Will power training”.
3.      Meningkatkan stabilitas emosional, khususnya dengan penguasaan diri, mencapai ketenangan.
4.      Mengembangan penalaran, antra lain dengan latihan konsentrasi, kreativitas, reaksi, problem solving.
5.      Memotivasi diri sendiri
6.      Mengembnagkan sifat-sifat sesuai dengan sifat pembawahnya dan kebutuhan cabang olahraga yang digelutinya.
7.      Sikap-sikap positif konstruktif, antara ain dengan positive thingking, terhadap masa depanya, dan juga terhadap orang lain dan keterlibatanya dalam team.
8.      Dapat mandiri yang rasa percaya diri, sehingga tidak tergantung pada orang lain dan keterlibatan dalam team.
9.      Mempunyai cita-cita ideal baginya, serta konsep diri menghadapi masa depanya.
10.  Meditasi sesuai agama dan cabang olahraganya, sehingga timbul rasa tenang, dan dapat memusatkan perhatiannya.
Dalam pelaksanaan ini semuanya harus menggunakan pendekatan individual, yaitu sesuaikan dengan keadaan dan perkembangan individual atlet yang bersangkutan, dan disesuaikan dengan cabang olahraga yang diikutinya

1 komentar:

  1. Play at the Sands Casino in Las Vegas - Las Vegas, Nevada
    Experience the excitement of Las Vegas casino gaming with 카지노사이트 the Sands Casino in Las Vegas. Enjoy over 1200 septcasino slot machines and 150 제왕 카지노 table games and choose your favorite

    BalasHapus