A. Menetapkan Strategi Pembinaan
Mental
Tidak dapat diingkari bahwa prestasi
atlet disamping ditentukan oleh kemampuan fisik dan ketrampilan juga
dipengaruhi faktor-faktor kejiwaan, khususnya mental atlet yang bersangkutan.
Bryant J Cratty (1973) bahwa prestasi tinggi handy akan dicapai dengan total
mobilazion of energy, pada hakekatnya bukan hanya meliputi mobilitas aspek
fisik saja tetapi juga menuntut mobilitas aspek psikis. James Draver (1971)
mental atau mind adalah keseluruhan struktur dan proses-proses kejiwaan yang
terorganisasi, baik yang disadari ataupun tidak disadari dari bagian terdalam
jiwa manusia. Dengan demikian mental berhubungan dengan seluruh sumber-sumber
kemampuan jiwa manusia, yaitu kognisi, afektif, dan konasi. Kondisi psikik atau
kondisi mental yang baik adalah suatu keadaan psikik yang menunjukkan
sumber-sumber kemampuan jiwa dapat berfungsi dan melakukan tugas dengan
sebaik-baiknya serta mampu menaggung beban mental, seperti ganguan emosial,
stress, meghadapi frustasi dan sebagainya.
B. Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik atau pendekatan
menyeluruh harus digunakan dalam mempelajari mental dan fisik. Ditinjau dari
segi fisik, makanan dan gizi memberi umpan kepada badan, mental, dan spirit.
Latihan-latihan kesegaran jasmani dapat mempengaruhi mental dan membersihkan pikiran-pikiran
yang mengganggu. Ditinjau dari segi mental, latihan mental adalah untuk
meningkatkan fungsi fisik dan psikis, sementara itu juga memberi kemungkinnan
timbulnya kekuatan bathin (spirit), melalu teknik visualisasi, mengontrol
pernafasan, metafisik, dapat memotivasi kekuatan-kekuatan terpendam, termasuk
cara-cara meningkatkan kemampuan bathin (spirit) melalui meditasi, berdoa,
merenungkan sesuatu secara positif, berfikir benar, bertindak, dan sebagainya.
C. Kesiapan Mental Menghadapi
Pertandingan
Setiap kali menghadapi suatu
pertandingan mental atlet harus dipersiapkan agar siap menghadapi
rangsangan-rangsangan emosional, siap menanggung tugas yang berat, atau
tegasnya siap menghadapi berbagai beban mental. Robert Sonstroem (1984)
kesiapan mental untuk bertanding akhirnya juga tergantung pada dirinya individu
atlet yang bersangkutan, yaitu dalam menyiapkan diri sendiri secara emosional
untuk bertanding. Kondisi mental yang kurang baik akan mengakibatkan atlet
tidak dapat menaggung beban mental, baik yang datang dari lawan maupun dari
penonton ataupun yang datang dari diri sendiri. Weinberg (1984) pola berfikir
atlet akan dapat mempengaruhi penampilan atlet, oleh karena itu perlu adanya
mental training, yang dikaitkan dengan aspek kognitif seperti pemusatan
perhatian (attentional Focus) dan pembentukan citra (Imagery). Pembinaan mental
atlet disamping dilakukan untuk menyiapkan mental atlet menjelang pertandingan,
juga ditunjukan untuk membina ketahanan mental atlet. Ketahanan mental adalah
koondisi kejiwaan yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan
menghadapi gangguan, ancaman dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.
Beberapa gejala yang menunjukan terjadinya gangguan
pada ketahan mental atlet, disebutkan oleh Weinberg (1984) antara lain
ragu-ragu pada diri sendiri, kurang percaya diri, konsentrasi menjadi kacau,
menunjukkan ketegangan, yang berakibatkan penampilan menjadi kacau. Mengenai
mental atlet dan permasalahan yang dihadapi, serta kemungkinan mendeteksi
dengan mental training,
Semua upaya pembinaan mental, baik
itu perlakuan sehari-hari bimbingan dan konsling maupun mental training, harus
terkait dengan tujuan akhir dari mental training maupun pembinaan mental. Sejak
Olympic Scientific Congress di Seoul 1988 dengan memilih tema “ New Horizon of
Human Movement” para ahli lebih menyadari arti pentingnya mental training dalam
olahraga. Chung Sung Tai (1988) juga mengungkapkan pandangan dasar mengenai
perlunya mental training agar atlet mencapai prestasi puncak, antara lain
dikemukakan perlu konsentrasi untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi. Di
samping pendekatan holistik, maka mental training juga selalu berkaitan erat
dengan latar belakang kehidupan atlet, oleh karena itu mental training tidak sama
antara bangsa yang satu dengan bangsa lain.
Melnikov (1988) dari Rusia mengatakan ada tiga
problema pokok yang selalu terkait dengan” psychological training”, yaitu : 1) Problema
social psikologik, 2) Problem psiko-fisiologik, dan 3) Problema kepribadian
atlet. Salah satu tujuan mental training adalah melatih bagaimana menemukan
cara-cara untuk dapat mengontrol diri, cara yang biasa dilakukan sehari-hari
untuk mengontrol sesuatu dengan kemampuan penuh kesadaran dan keteguhan hati
(tekad yang bulat). Untuk dapat menerapkan program mental training pada seorang
atlet perlu terlebih dahulu diteliti keadaan atau kondisi dan perkembangan
mental, serta sifat-sifat dan kemampuan mental atlet (mendiagnosa keadaan dan
perkambangan mental atlet), menetapkan sasaran – sasaran (objectivitas) dengan
mengacu pada tujuan dan target yang akan dicapai, dan selanjutnya menetapkan
strategi. Pada hakekatnya mental training dimaksudkan untuk 1). Meningkatkan
ketrampilan atlet (mental skills), dan 2). Meningkatkan kekuatan mental (mental
power).
D.
Langkah – Langkah Persiapan Mental
Secara
garis besar langkah – langkah persiapan untuk dapat menetapkan strategi
pembinaan mental atlet meiputi :
1. Mendiagnosa, adalah perkembangan kejiwaan setiap
atlet.
2. Menetapkan sasaran, disesuaikan dengan apa yang akan
di capai atau cirri – ciri cabang olahraga serta sifat – sifat kejiwaan yang
harus dimiliki atlet unntuk mencapai prestasi yang setinggi – tingginya.
3. Strategi pembinaan mental.
E.
Strategi Pembinaan Mental
Strategi berarti langkah-langkah utama yang perlu
ditempuh ntuk mencapai tujuan, atau
prioritas utama yang menjamin tercapainya tujuan. Pada hakekatnya pembianaan
mental merupakan langkah utama yamg harus ditetapkan dengan hati – hati dengan
perhitunagn cermat, sehingga betul – betul menjamin bahwa dengan mental
training tersebut pasti dapat dicapai sasaran atau tujuan yang ingin dicapai,
dan mental training dimaksudkan untuk 1). Meningkatkan ketrampilan atlet
(mental skills), 2). Meningkatkan kekuatan mental (mental power).
Menurut Weinberg, Gould dan Jackson (1986)
mengemukan strategi pembinaan mental atlet, diantaranya : 1) fokus perhatian, 2)
perasaan diri berhasil, 3) relaksasi, 4) imagery, 5) persiapan arousal.
Menurut Unesthal (1988) membagi tiga tahap perlakuan
mental training diantaranya: 1) mental conditioning seabagai tahap awal, 2)
menal techniques training untuk melatih ketrampilan mental seperti penguasaan
diri, sugesti diri sendiri dan sebagainya. 3) mental strength training untuk
menguatkan mental atlet seperti menguatkan daya konsentrasi dan sebagainya. dan
tujuh faktor yang harus diperhatikan dalam mental training untuk dapat mencapai
penampilan atau kerja puncak (peak performance) yaitu : 1) percaya diri, 2)
commitment, 3) pemusatan perhatian, 4) ketenangan, 5) creativity, 6) penguasaan
diri, 7) rasa gembira, bahagia
Menurut Robert Singer (1986) yang menyebukan faktor
kepribadian yang berhubungan dengan prestasi atlet, yaitu : 1) comitment atau
tanggung jawab dalam keterlibatannya, 2) Pride atau rasa bangga, 3)
self-orientation, 4) self-control, 5) mastery orientation atau orientasi yang
menyeluruh, 6) self confidence, 7) goal direction, 8) positive attitude, 9)
coping ability atau pengusahaan kemampuan dalam keadaan – keadaan tertentu, 10)
Harmoni atau hubungan atara psychological sources.
Dari definisi – difinisi oleh beberapa ahli maka
langkah – langkah strategi yang di sarankan atau di simpulkan, yaitu :
1. Relaksasi, untuk melepaskan ketegangan psikis,
baikmenghadapi pertandigan maupun dalam hidup sehari-hari.
2. Menguatkan kemaua, antara lain sudah mecakup
:attentional focusing”(pemusatan perhatian) dan “Will power training”.
3. Meningkatkan stabilitas emosional, khususnya dengan
penguasaan diri, mencapai ketenangan.
4. Mengembangan penalaran, antra lain dengan latihan
konsentrasi, kreativitas, reaksi, problem solving.
5. Memotivasi diri sendiri
6. Mengembnagkan sifat-sifat sesuai dengan sifat
pembawahnya dan kebutuhan cabang olahraga yang digelutinya.
7. Sikap-sikap positif konstruktif, antara ain dengan
positive thingking, terhadap masa depanya, dan juga terhadap orang lain dan
keterlibatanya dalam team.
8. Dapat mandiri yang rasa percaya diri, sehingga tidak
tergantung pada orang lain dan keterlibatan dalam team.
9. Mempunyai cita-cita ideal baginya, serta konsep diri
menghadapi masa depanya.
10. Meditasi sesuai agama dan cabang olahraganya,
sehingga timbul rasa tenang, dan dapat memusatkan perhatiannya.
Dalam pelaksanaan ini semuanya
harus menggunakan pendekatan individual, yaitu sesuaikan dengan keadaan dan
perkembangan individual atlet yang bersangkutan, dan disesuaikan dengan cabang
olahraga yang diikutinya
Play at the Sands Casino in Las Vegas - Las Vegas, Nevada
BalasHapusExperience the excitement of Las Vegas casino gaming with 카지노사이트 the Sands Casino in Las Vegas. Enjoy over 1200 septcasino slot machines and 150 제왕 카지노 table games and choose your favorite